PLAGIAT

Cerpen Yus R. Ismail
Cerpen ini pernah dimuat Tribun Jabar 8-6-2014. Kisah Sangkuriang diambil dari cerita rakyat terkenal: Asal-mula Tangkuban Perahu. Legenda ini sudah ratusan kali ditulis orang. Tapi bahkan ceritanya pun berbeda dengan versi manapun. Tentu ini sangat jauh untuk disebut plagiasi. 

Seorang teman bertanya: mengapa menulis Jejak Cerpen? Dengan menulis asal-usul cerpenmu, artinya kamu sudah membukakan aibmu sendiri.
Tentu saya berpikir sejenak. Apa benar ini adalah sebuah aib? Baik, begini awal pikiran saya:
1.      Saya baru memulai lagi menulis cerpen dua-tiga tahun belakangan ini. Saya serius melakukannya. Artinya, setiap hari pikiran dan perasaan saya siap untuk cerpen. Saya membuka diri untuk dimasuki sinyal-sinyal cerpen. Saya membaca cerpen, puisi, berita koran, status facebook, kicauan twitter, nonton film, merasakan dingin subuh, berhujan-hujanan; dengan kesiapan menangkap sinyal cerpen. Jadi ini adalah langkah kerja saya.
2.     
Saya yakin bahwa tidak ada seorang cerpenis pun yang menulis dengan baik tanpa membaca cerpen-cerpen orang lain. Dalam ilmu surat ini malah ada peribahasa lucu tapi sarkas: Penulis besar adalah pencuri besar. Bagi yang tidak mengerti, itu menjadi berbahaya. Pencuri di sini tidak sama dengan plagiat. Jadi pencuri ide adalah mengembangkan satu titik ide menjadi bola besar ide milik kita sendiri. Bisa jadi cerpen yang ditulis ternyata sangat berlainan, sangat jauh, dari sinyal ide asal cerpen ini bermula. Tidak masalah, karena dalam menulis cerpen, apapun bisa saja terjadi. Pikiran, perasaan, jari-jemari, saat menulis cerpen, jadi semacam tuhan yang punya kehendaknya sendiri.
3.      Jadi ini semacam contoh bagaimana menghindari plagiasi yang saat ini semakin banyak ditemukan.


12-8-2016

Subscribe to receive free email updates:

0 Response to "PLAGIAT"

Posting Komentar