Puisi Pikiran Rakyat: MELUKIS PELANGI BERSAMA OPIN

Puisi Pikiran Rakyat
Pikiran Rakyat, 14 Februari 1997, masih puisi kenangan....


MELUKIS PELANGI BERSAMA OPIN

Hidup memang berwarna. Kita menandai setiap langkah
dengan goresan kuning hijau merah muda dan biru
Lalu menitipkannya kepada langit
tempat kita melukis dan menangis
Tidak ada lagi yang lebih indah selain kenangan, katamu
sambil menuliskan sebuah sajak tentang seorang gadis
bermata pelangi. Angin yang bermain di pucuk daun
mengingatkan kita akan bunga yang tumbuh
di taman atau di tempat sampah – sama saja

Sang petualang selalu membawa lukisannya ke mana ia pergi
setidaknya sebagai kejujuran, katamu, bahwa hidup
adalah kesenyapan dalam bentangan rahasia. Di dermaga
ribuan kapal berlabuh, mengabarkan bahwa setiap petualang
butuh rumah tempat melabuhkan segala resah dan lelah


1996 



HUJAN

Hujan menderas sampai ke hatiku
gelisahnya mengalir menjadi candu
bagi resah gang kumuh dan got mampet.
Suaranya begitu emosional memukul-mukul
gedung dan jalan dan berita-berita koran.
Kutahu hatimu telah kuyup dan menggigil
menahan kepala yang jadi layar televise

Di sekitarmu segala gerak dan suara
adalah penghianatan. Juga bunga yang mekar
setiap senja kau kira adalah mimpi
yang begitu sunyi. Ah, begitu menakutkan
ketika ketidakmampuan dimatangkan dendam

Di bawah hujan serombongan anak
menari meredam luka di hati.
Tapi di selatan badai menderu-deru
dan di tengah kota banjir menuntaskan resah

Rancakalong, Mei 1996

Subscribe to receive free email updates:

0 Response to "Puisi Pikiran Rakyat: MELUKIS PELANGI BERSAMA OPIN"

Posting Komentar