IDUL FITRI
Puisi di Pikiran Rakyat, kalau tidak salah ini tahun 1995.
Seperti laut dengan birunya madu
dengan manisnya
manusia tak bisa lepas dari
hatinya.
Kesunyian kita sejak berabad-abad
yang lalu
adalah airmata dari mataair
keasingan.
Kesunyian kita adalah ketika hati
ditumbalkan untuk duniawi ketika
luka
diwujudkan dengan tertawa ketika
laut
dicuri birunya dan madu dibuang
manisnya.
Karena itu, Tuhan, sejadahku
memanjang
menjadi tikar bagi setiap alas
tidur
Sujudku menjadi perih dan gelisah
orang-orang
Pengakuanku yang paling dalam tidak
hanya
menempel di masjid-masjid, tapi
juga
menggigil di trotoar-trotoar dan
gelisah
di diskotik dan terbungkam di
forum-forum
Tuhan, di hari yang fitri ini, aku
hanya bisa menangis
karena segala luka adalah
penghianatan kami
seperti laut yang dicuri birunya
dan madu
yang diasingkan manisnya
Rancakalong, Februari 1995
0 Response to "IDUL FITRI"
Posting Komentar